Permainan Lompat karet merupakan salah satu permainan tradisional yang sejak dulu menjadi salah satu aktifitas anak-anak.
Namun saat ini, permainan ini berangsur hilang dengan berjalannya waktu, tidak hanya lompat karet, ada berbagai jenis permainan tradisional yang tidak lagi akrab di kehidupan sehari-hari anak-anak.
Situasi ini, salah satunya karena anak-anak saat ini lebih akrab dengan gadget.
Kecanggihan teknologi saat ini, membawa anak-anak pada permainan yang digital, sehingga menjadi sulit untuk berbaur dengan sesamanya, dan lebih banyak menghabiskan waktu dengan telpon pintar yang menggunakan aplikasi-aplikasi games yang menarik.
Namun pemandangan menarik terlihat pada anak-anak yang ada di kampung Yakonde, ketika anak-anak berkumpul dan bermain Lompat Karet Bersama.
Saat ini mungkin permainan tradisional lebih akrab dengan anak-anak yang tinggal di kampung, karena kebanyakan anak-anak di daerah Kota lebih akrab dengan gadget.
Gadget tidak salah, anak-anak menggunakan gadget pun tidak salah, namun bukankah anak-anak kita perlu mengenal dan bersosialisasi dengan teman sebayanya..?!
Jadi mungkin akan lebih menarik jika gadget dan permainan tradisional seimbang bagi kehidupan anak-anak masa kini.
Pentingnya peran orang tua untuk memperkenalkan permainan-permainan tradisional kepada anak, agar anak-anak lebih saling berbagi dan berbaur dengan sesamanya. Sehingga anak-anak tidak hanya mengenal kehidupannya sendiri.
Biarkan anak-anak kita tumbuh, ceria dan akrab dengan sesama di lingkungannya.
Rabu, 17 Oktober 2018
Senin, 15 Oktober 2018
Training Gender Based Violence
Pentingnya program pencegahan Kekerasan Berbasis Gender bukan untuk
membentuk perempuan memiliki posisi yang lebih tinggi dari laki-laki
namun bagaimana agar menjadi setara dan tidak ada lagi kekerasan, karena
disadari betul bahwa siapapun memiliki potensi untuk menjadi pelaku
kekerasan baik laki-laki maupun perempuan.
Bagaimana memberi ruang refleksi kepada setiap kelompok masyarakat untuk melihat situasi Kekerasan Berbasis Gender yang begitu nampak namun sulit mendapat perhatian khusus.
Fokus penanganan kekerasan berbasis gender pada masa sekarang, bukan lagi hanya pada perempuan sebagai korban, tetapi beralih pada hubungan kekuasaan antara gender laki-laki dan gender perempuan, yaitu hubungan yang tercipta dan dilanggengkan oleh stereotip atau pencitraan.
USAID-BERSAMA pada tahun 2017 telah menjadi bagian dari program penurunan kekerasan berbasis gender di Kabupaten Jayapura dan Kabupaten Jayawijaya, dan pada tanggal 9-12 oktober bertempat di hotel front one Jayapura, melakukan pelatihan penyegaran Pencegahan Kekerasan Berbasis Gender,bagi seluruh LSM yang akan menjalankan program di tahap kedua yang rencananya akan di mulai pada bulan November mendatang.
Menghadirkan Mba Wulan, sebagai fasilitator dari Jakarta yang juga sebagai pakar isu KBG dan Ibu Lisa dari tim USAID-BERSAMA sebagai salah satu Penanggung Jawab program dan kegiatan yang berlangsung.
Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk merefresh kembali tentang informasi serta isu-isu Kekerasan Berbasis Gender (KBG) yang masih dan terus nampak di kalangan masyarakat khsuusnya daerah kerja program.
Program ini bertujuan untuk membangun pemahaman perempuan tentang bagaimana menjadi perempuan yang berdaya tanpa kekerasan serta bagaimana melibatkan laki-laki dan semua pihak dalam isu ini, karena sampai saat ini masih banyak kasus-kasus kekerasan yang tidak mendapat perhatian.
Berikut ini adalah daftara LSM yang akan terlibat dalam program USAID-BERSMA di tahun kedua program yaitu :
1. LEKAT
2. LBH APIK,
3. YHI Papua,
4. LP3AP
5. YTHP
6. YAYASAN HUMI INANE
Pada tahun pertama, dengan berbagai kegiatan yang dilakukan salah satunya dengan melakukan diskusi bersama pada 4 kelompok yaitu ayah, ibu, remaja putri dan putri serta dilakukan kegiatan 16HAKTP pada bulan desember.
Begitu banyak pencapaian serta perubahan yang dicapai, meski belum maksimal dan bahkan masih membutuhkan strategi khusus untuk melihat perubahan yang diharapkan, apalagi setiap daerah emmiliki tingkat kesulitan serta latar belakang masyarakat yang berbeda-beda.
Sehinga dalam kegiatan ini setiap mitra diajak untuk memahami kembali isu-isu Kekerasan Berbasis Gender serta penanganannya, kemudian diminta untuk merefleksikan apa saja pencapaian atau cerita sukses di tahun pertama program serta apa saja strategi yang akan di lakukan di tahun kedua program untuk mencapai hasil yang di harapkan, seperti kegiatan-kegiatan dan mampu mewujudkan satu perubahan yang besar di setiap daerah yang menjadi target program.
Kelompok peduli KBG juga menjadi sangat penting, sehingga pada diskusi bersama, muncul ide-ide dari LSM yaitu dengan membentuk kelompok peduli serta champion-champion yang akan dilibatkan dalam program, yang bertujuan untuk menjadi perpanjangan informasi dan sebagai penggerak perubahan serta menjadi fasilitator pada kegiatan-kegiatan diskusi.
Jurnalis Warga juga menjadi ide yang muncul, yaitu bagaimana melibatkan champion-champion dalam mendokumentasikan dan menulis berita tentang kejadian-kejadian yang ada di kampung.
Disadari betul bahwa LSM tidak adapat berjalan sendiri, sehingga sejak berjalannya program LSM telah menggandeng pemerintah dalam menjalankan program yaitu Dinas Pemberdayaan dan Perlindungan Anak serta Stakeholder yang ada di daerah masing-masing.
Diharapkan dengan adanya program ini, mampu memberi perubahan ke arah yang lebih baik, sehingga tidak ada laki ketidakadilan dan ketidaksetaraan baik pada laki-laki maupun perempuan.
Bagaimana memberi ruang refleksi kepada setiap kelompok masyarakat untuk melihat situasi Kekerasan Berbasis Gender yang begitu nampak namun sulit mendapat perhatian khusus.
Fokus penanganan kekerasan berbasis gender pada masa sekarang, bukan lagi hanya pada perempuan sebagai korban, tetapi beralih pada hubungan kekuasaan antara gender laki-laki dan gender perempuan, yaitu hubungan yang tercipta dan dilanggengkan oleh stereotip atau pencitraan.
USAID-BERSAMA pada tahun 2017 telah menjadi bagian dari program penurunan kekerasan berbasis gender di Kabupaten Jayapura dan Kabupaten Jayawijaya, dan pada tanggal 9-12 oktober bertempat di hotel front one Jayapura, melakukan pelatihan penyegaran Pencegahan Kekerasan Berbasis Gender,bagi seluruh LSM yang akan menjalankan program di tahap kedua yang rencananya akan di mulai pada bulan November mendatang.
Menghadirkan Mba Wulan, sebagai fasilitator dari Jakarta yang juga sebagai pakar isu KBG dan Ibu Lisa dari tim USAID-BERSAMA sebagai salah satu Penanggung Jawab program dan kegiatan yang berlangsung.
Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk merefresh kembali tentang informasi serta isu-isu Kekerasan Berbasis Gender (KBG) yang masih dan terus nampak di kalangan masyarakat khsuusnya daerah kerja program.
Program ini bertujuan untuk membangun pemahaman perempuan tentang bagaimana menjadi perempuan yang berdaya tanpa kekerasan serta bagaimana melibatkan laki-laki dan semua pihak dalam isu ini, karena sampai saat ini masih banyak kasus-kasus kekerasan yang tidak mendapat perhatian.
Berikut ini adalah daftara LSM yang akan terlibat dalam program USAID-BERSMA di tahun kedua program yaitu :
1. LEKAT
2. LBH APIK,
3. YHI Papua,
4. LP3AP
5. YTHP
6. YAYASAN HUMI INANE
Pada tahun pertama, dengan berbagai kegiatan yang dilakukan salah satunya dengan melakukan diskusi bersama pada 4 kelompok yaitu ayah, ibu, remaja putri dan putri serta dilakukan kegiatan 16HAKTP pada bulan desember.
Begitu banyak pencapaian serta perubahan yang dicapai, meski belum maksimal dan bahkan masih membutuhkan strategi khusus untuk melihat perubahan yang diharapkan, apalagi setiap daerah emmiliki tingkat kesulitan serta latar belakang masyarakat yang berbeda-beda.
Sehinga dalam kegiatan ini setiap mitra diajak untuk memahami kembali isu-isu Kekerasan Berbasis Gender serta penanganannya, kemudian diminta untuk merefleksikan apa saja pencapaian atau cerita sukses di tahun pertama program serta apa saja strategi yang akan di lakukan di tahun kedua program untuk mencapai hasil yang di harapkan, seperti kegiatan-kegiatan dan mampu mewujudkan satu perubahan yang besar di setiap daerah yang menjadi target program.
Kelompok peduli KBG juga menjadi sangat penting, sehingga pada diskusi bersama, muncul ide-ide dari LSM yaitu dengan membentuk kelompok peduli serta champion-champion yang akan dilibatkan dalam program, yang bertujuan untuk menjadi perpanjangan informasi dan sebagai penggerak perubahan serta menjadi fasilitator pada kegiatan-kegiatan diskusi.
Jurnalis Warga juga menjadi ide yang muncul, yaitu bagaimana melibatkan champion-champion dalam mendokumentasikan dan menulis berita tentang kejadian-kejadian yang ada di kampung.
Disadari betul bahwa LSM tidak adapat berjalan sendiri, sehingga sejak berjalannya program LSM telah menggandeng pemerintah dalam menjalankan program yaitu Dinas Pemberdayaan dan Perlindungan Anak serta Stakeholder yang ada di daerah masing-masing.
Diharapkan dengan adanya program ini, mampu memberi perubahan ke arah yang lebih baik, sehingga tidak ada laki ketidakadilan dan ketidaksetaraan baik pada laki-laki maupun perempuan.
Rabu, 10 Oktober 2018
International Day Of The Girl
Perkawinan anak menjadi salah satu persoalan yang menghambat anak perempuan mencapai
potensi tertingginya. Berdasarkan data tahun 2016, di Indonesia secara umum, tercatat ada 1
dari 9 anak perempuan menikah di bawah usia 18 tahun. Perkawinan anak berdampak pada
partisipasi pendidikan yang rendah dimana dengan menikah di bawah 18 tahun berarti mereka
tidak menyelesaikan pendidikan tingkat SMA. Selain itu pernikahan usia anak membuat anak
perempuan semakin rentan terhadap kekerasan rumah tangga dan mempengaruhi kesehatan
mereka selama kehamilan dan proses melahirkan.
Untuk itu, dalam rangka memperingati hari anak perempuan internasional yang
diperingati setiap tanggal 11 Oktober, USAID Bersama akan melakukan kampanye melalui media
sosial yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang fenomena perkawinan
anak dan upaya pencegahannya, mendorong anak-anak perempuan untuk berani bermimpi besar meraih cita-cita sebelum memutuskan untuk menikah.
Melalui kampanye ini diharapkan
pesan-pesan salah satu bentuk kekerasan berbasis gender yaitu perkawinan anak dapat dicegah
dan meningkatkan kesadaran kritis masyarakat dan terutama anak-anak muda Papua sebagai
generasi penerus di masa mendatang.
Melalui sosial media, mari kita kampanyekan #stopperkawinanank #endGBV
Teman2 boleh membuat versi teman2, atau bahasa teman2, dan jangan lupa hashtag #stopperkawinananak #endGBV
Ajaklah teman2 sebanyak mungkin, dan yang menggunakan IG bisa follow dan tag Ulin Epa @UlinEpa .
Kamis, 04 Oktober 2018
Tapal Batas Indonesia - Kampung Scofro
Sebagian besar wilayah perbatasan di Indonesia masih merupakan daerah
tertinggal dengan sarana dan prasarana sosial dan ekonomi yang masih
sangat terbatas. Pandangan di masa lalu bahwa daerah perbatasan
merupakan wilayah yang perlu diawasi secara ketat karena merupakan
daerah yang rawan keamanan telah menjadikan paradigma pembangunan
perbatasan lebih mengutamakan pada pendekatan keamanan dari pada
kesejahteraan. Hal ini menyebabkan wilayah perbatasan di beberapa daerah
menjadi tidak tersentuh oleh dinamika pembangunan. telegraf.co.id
Paragraf di atas seolah menggambarkan situasi yang ada di Kampung Scofro, menempuh perjalanan cukup panjang saat itu, dengan kondisi jalan yang masih kurang bersahabat untuk menyalurkan bantuan dari Yayasan Harapan Ibu Papua, melalui gereja yang ada disana.
Disambut ramah oleh masyarakat dan jemaat, kemudian melihat lebih dekat potret kampung scofro.
Begitu banyak hal menarik, namun satu catatan yang menjadi perhatian, ketika melihat anak-anak yang lahir dan tumbuh disana dengan fasilitas yang serba terbatas,dan bahkan banyak anak-anak INDONESIA yang lebih paham dengan Bahasa Negri Tetangga daripada bahasa Indonesia, dan kami bahkan kesulitan berkomunikasi dengan mereka, hanya dengan beberapa yang bisa menggunakan dua bahasa.
Sejenak membayangkan, apakah benar pemerintah terlalu fokus pada begitu ketatnya pengamanan, dan lupa pada pembangunan sarana-prasarana, agar mempermudah akses masyarakat yang hidup di daerah perbatasan.
Apresiasi kepada mereka yang mau mengabdi disana, sebagai guru dan sebagai petugas kesehatan dengan situasi dan kondisi seperti ini.
Pemandangan sepanjang jalan, mendekati kampung Scofro, bendera Merah Putih berkibar, pertanda bahwa mereka adalah milik INDONESIA.
Mereka ada disana, mereka adalah bagian dari Indonesia, mereka patut mendapatkan pendidikan dan menikmati fasilitas yang sama dengan anak-anak Indonesia lainnya.
Scofro adalah salah satu kampung yang berada di Kecamatan Arso Timur, Kabupaten Keerom, Jayapura - Papua.
Scofro, September 2017
Paragraf di atas seolah menggambarkan situasi yang ada di Kampung Scofro, menempuh perjalanan cukup panjang saat itu, dengan kondisi jalan yang masih kurang bersahabat untuk menyalurkan bantuan dari Yayasan Harapan Ibu Papua, melalui gereja yang ada disana.
Disambut ramah oleh masyarakat dan jemaat, kemudian melihat lebih dekat potret kampung scofro.
Begitu banyak hal menarik, namun satu catatan yang menjadi perhatian, ketika melihat anak-anak yang lahir dan tumbuh disana dengan fasilitas yang serba terbatas,dan bahkan banyak anak-anak INDONESIA yang lebih paham dengan Bahasa Negri Tetangga daripada bahasa Indonesia, dan kami bahkan kesulitan berkomunikasi dengan mereka, hanya dengan beberapa yang bisa menggunakan dua bahasa.
Sejenak membayangkan, apakah benar pemerintah terlalu fokus pada begitu ketatnya pengamanan, dan lupa pada pembangunan sarana-prasarana, agar mempermudah akses masyarakat yang hidup di daerah perbatasan.
Apresiasi kepada mereka yang mau mengabdi disana, sebagai guru dan sebagai petugas kesehatan dengan situasi dan kondisi seperti ini.
Pemandangan sepanjang jalan, mendekati kampung Scofro, bendera Merah Putih berkibar, pertanda bahwa mereka adalah milik INDONESIA.
Mereka ada disana, mereka adalah bagian dari Indonesia, mereka patut mendapatkan pendidikan dan menikmati fasilitas yang sama dengan anak-anak Indonesia lainnya.
Scofro adalah salah satu kampung yang berada di Kecamatan Arso Timur, Kabupaten Keerom, Jayapura - Papua.
Scofro, September 2017
Senin, 24 September 2018
Kunjungan Satellite Workshop Samsara ke YHI Papua
Yayasan Harapan Ibu Papua menjadi salah satu organisasi yang di kunjungi oleh Satellite Workshop, bersama 10 orang peserta, dengan topik yang menarik yaitu Sexual Orientation Gender Identity Expression - Sex Characteristic (SOGIE-SC). (24/9)
Diskusi ini dikemas dengan metode yang sangat menarik, dan setiap peserta diberikan kesempatan untuk berbagi, bertanya dan menceritakan berbagai hal terkait dnegan topik yang di bahas.
Kegiatan ini berlangsung selama kurang lebih 120 menit, yang di fasilitasi langsung oleh Tika yang juga menceritakan tentang kegiatan-kegiatan sebelumnya yang telah di lakukan, kegiatan ini tidak hanya di YHIP tetapi di beberapa komunitas dan di daerah lain juga yang ada di Papua dan daerah lainnya.
Melalui kegiatan ini diharapkan semakin banyak informasi yang tersalurkan, dan setiap peserta maupun organisasi bisa menjadi perpanjangan informasi kepada masyarakat dan komunitas.
Dengan perkembangan teknologi dan informasi saat ini melalui sosial media, menjadi menarik dan penting untuk topik ini di bagikan, karena sosial media merupakan salah satu alat alat yang efektif apalagi bagi remaja dan juga para pengguna sosial media lainnya.
Kegiatan ini sangat bermanfaat, dengan pengalaman dan pembelajaran baru yang diberikan oleh fasilitator dengan isu yang begitu menarik.
Berikut beberapa penjelasan singkat tentang program Satellite Workshop yang di kutip dari laman samsaranews.com : https://samsaranews.com/2018/09/04/kunjungan-satellite-workshop-ke-wilayah-papua-dan-maluku/
Satellite Workshop merupakan salah satu program edukasi yang dilakukan oleh Samsara yang berfokus pada penjangkauan komunitas di luar Pulau Jawa. Nama Satellite diambil dengan pertimbangan bahwa akses terhadap informasi dan layanan kesehatan berbasis Hak Kesehatan Seksual dan Reproduksi (HKSR) masih banyak berpusat di Pulau Jawa, termasuk program dan kerja Samsara.
Kami akan melakukan perjalanan selama delapan minggu ke beberapa daerah di Papua dan Maluku. Rute yang akan kami ambil adalah Jayapura – Biak – Manokwari – Sorong – Ambon – Maluku Tengah – Kepulauan Buru – Maluku Utara. Bagi pihak yang berminat bergabung, akan tetapi berada di luar rute tersebut dapat tetap mengajukan permintaan workshop dengan mengisi form yang telah disediakan, atau menghubungi kontak yang tersedia. Dua orang fasilitator kami akan membantu komunitas/organisasi lokal untuk melakukan workshop dan diskusi terkait Seksualitas dan Kesehatan Reproduksi. Mereka terdiri dari satu orang pegiat isu seksualitas dan gender dan satu orang lagi adalah seorang Bidan.
Program ini menyasar remaja dan perempuan dalam usia produktif. Kami akan bekerjasama dengan sekolah, gereja, komunitas remaja, komunitas pecinta alam, lembaga swadaya masyarakat, dan komunitas atau lembaga lain yang melibatkan laki-laki. Beberapa materi yang disiapkan untuk lokakarya dengan masyarakat di antaranya adalah:
Dengan adanya kegiatan ini, semoga dapat membangun pemahaman masyarakat dan komunitas tentang isu-isu menarik, salah satunya SOGIE-SC yang menjadi topik pembahasan hari ini.
Diskusi ini dikemas dengan metode yang sangat menarik, dan setiap peserta diberikan kesempatan untuk berbagi, bertanya dan menceritakan berbagai hal terkait dnegan topik yang di bahas.
Kegiatan ini berlangsung selama kurang lebih 120 menit, yang di fasilitasi langsung oleh Tika yang juga menceritakan tentang kegiatan-kegiatan sebelumnya yang telah di lakukan, kegiatan ini tidak hanya di YHIP tetapi di beberapa komunitas dan di daerah lain juga yang ada di Papua dan daerah lainnya.
Melalui kegiatan ini diharapkan semakin banyak informasi yang tersalurkan, dan setiap peserta maupun organisasi bisa menjadi perpanjangan informasi kepada masyarakat dan komunitas.
Dengan perkembangan teknologi dan informasi saat ini melalui sosial media, menjadi menarik dan penting untuk topik ini di bagikan, karena sosial media merupakan salah satu alat alat yang efektif apalagi bagi remaja dan juga para pengguna sosial media lainnya.
Kegiatan ini sangat bermanfaat, dengan pengalaman dan pembelajaran baru yang diberikan oleh fasilitator dengan isu yang begitu menarik.
Berikut beberapa penjelasan singkat tentang program Satellite Workshop yang di kutip dari laman samsaranews.com : https://samsaranews.com/2018/09/04/kunjungan-satellite-workshop-ke-wilayah-papua-dan-maluku/
Satellite Workshop merupakan salah satu program edukasi yang dilakukan oleh Samsara yang berfokus pada penjangkauan komunitas di luar Pulau Jawa. Nama Satellite diambil dengan pertimbangan bahwa akses terhadap informasi dan layanan kesehatan berbasis Hak Kesehatan Seksual dan Reproduksi (HKSR) masih banyak berpusat di Pulau Jawa, termasuk program dan kerja Samsara.
Kami akan melakukan perjalanan selama delapan minggu ke beberapa daerah di Papua dan Maluku. Rute yang akan kami ambil adalah Jayapura – Biak – Manokwari – Sorong – Ambon – Maluku Tengah – Kepulauan Buru – Maluku Utara. Bagi pihak yang berminat bergabung, akan tetapi berada di luar rute tersebut dapat tetap mengajukan permintaan workshop dengan mengisi form yang telah disediakan, atau menghubungi kontak yang tersedia. Dua orang fasilitator kami akan membantu komunitas/organisasi lokal untuk melakukan workshop dan diskusi terkait Seksualitas dan Kesehatan Reproduksi. Mereka terdiri dari satu orang pegiat isu seksualitas dan gender dan satu orang lagi adalah seorang Bidan.
Program ini menyasar remaja dan perempuan dalam usia produktif. Kami akan bekerjasama dengan sekolah, gereja, komunitas remaja, komunitas pecinta alam, lembaga swadaya masyarakat, dan komunitas atau lembaga lain yang melibatkan laki-laki. Beberapa materi yang disiapkan untuk lokakarya dengan masyarakat di antaranya adalah:
- Konsep Dasar Seks dan Gender, termasuk menjelaskan perbedaan keduanya dan bagaimana peran di antara laki-laki dan perempuan kemudian berkontribusi pada ekonomi dan kesehatan masyarakat.
- Kesehatan Reproduksi, topik yang sangat diminati oleh remaja di sekolah dan asrama. Topik ini akan membahas mengenai fase-fase pubertas, menstruasi termasuk mengenai Menstrual Hygiene dan juga mengenai kehamilan.
- Kesehatan Ibu dan Anak, merupakan topik yang banyak diminati oleh ibu-ibu di mana topik ini lebih banyak membahas terkait kesehatan selama masa kehamilan, pilihan melahirkan, ASI, kontrasepsi termasuk bagaimana melibatkan laki-laki atau suami dalam peran-peran pengasuhan dan selama masa kehamilan.
- Pacaran Sehat dan Citra Tubuh Positif, adalah informasi yang ditujukan untuk remaja dan perempuan muda, yang membahas mengenai tanda-tanda hubungan atau relasi yang sehat, Kekerasan Dalam Pacaran (KDP), negosiasi dan pengambilan keputusan. Selain itu, topik ini akan diperkuat melalui pemahaman mengenai citra tubuh positif. Topik ini akan mengajak remaja dan perempuan untuk membangun citra tubuh positif mereka tanpa harus berpatokan dengan citra tubuh yang diciptakan oleh media.
- Perkawinan Anak, menjelaskan mengenai siapa dan apa yang dimaksud dengan anak dan perkawinan anak, faktor pendorong perkawinan anak dan dampak perkawinan anak termasuk mengenai resiko kesehatan anak.
- Kekerasan, membahas mengenai jenis-jenis tindakan kekerasan terhadap perempuan dan remaja termasuk di dalamnya mengenai bullying, Kekerasan Dalam Pacaran serta informasi terkait apa saja yang harus dilakukan jika kekerasan terjadi.
- Kehamilan Tidak Direncanakan (KTD), akan membahas tentang pilihan apa saja yang dimiliki perempuan saat mengalami KTD dan apa saja dukungan yang dibutuhkan, serta kaitannya dengan aborsi tidak aman.
- Pembuatan Pembalut Kain, topik ini merupakan topik baru pada Satellite Workshop tahun ini. Materi ini akan mengajak peserta untuk membuat pembalut kain dengan metode menjahit tangan dengan menggunakan bahan-bahan yang mudah ditemukan di rumah, seperti: kain katun (bisa jadi baju bekas), kain handuk (bisa dari handuk bekas), jarum, benang, kertas dan pensil.
Dengan adanya kegiatan ini, semoga dapat membangun pemahaman masyarakat dan komunitas tentang isu-isu menarik, salah satunya SOGIE-SC yang menjadi topik pembahasan hari ini.
Minggu, 09 September 2018
YHIP: Remaja Putri Zaman Now diskusi Kekerasan Berbasis Gender
Pentingnya pelibatan remaja putri sebagai generasi milenial untuk terlibat dalam isu Kekerasan Berbasis Gender. Maraknya teknologi yang saat ini begitu lekat dengan generasi masa kini (generasi jaman now), menjadi salah satu upaya untuk memanfaatkan mereka sebagai perpanjangan informasi dan sebagai upaya percepatan kesetaraan gender.
Diskusi ini dilakukan oleh Yayasan Harapan Ibu Papua, bagi kelompok remaja putri di Kampung Yakonde, bersama 15 orang remaja putri dengan latar belakang pendidikan dan kehidupan sosial yang berbeda-beda.
Menyadari bahwa pentingnya melibatkan generasi muda untuk bergerak dalam berbagai isu-isu persoalan yang ada, salah satunya Kekerasan Berbasis Gender.
Tingginya kasus kekerasan terhadap perempuan, tidak hanya terjadi di dalam rumah tangga namun pada saat pacaran, bahkan sampai terjadi pembunuhan. Generasi muda saat ini di ajak untuk memiliki keasadaran kritis dalam melihat berbagai persoalan yang terjadi.
Setiap daerah dengan situasi yang berbeda-beda untuk penyelesaian kasus kekerasan yang terjadi, baik persoalannya maupun perlakuan dan penanganannya. Ada yang di bawah ke rana hukum namun ada yang hanya sampai pada penyelesaian secara adat, atau bahkan ada yang tidak ada penyelesaian sama sekali, namun tidak cukup memberikan efek jerah bagi pelaku.
Kegiatan ini adalah untuk menumbuhkan kesadaran setiap individu remaja putri tentang kekerasan-kekerasan yang mungkin selama ini tidak di sadari atau bahkan yang sudah dialami namun tidak bertindak.
Penting juga bagi perempuan agar menyadari bahwa kegiatan ini bukan untuk membuat perempuan merasa lebih hebat, atau bahkan menjadi pelaku kekerasan, tetapi juga penting bagi perempuan mengintrospeksi diri untuk mampu menghindari hal-hal yang berpotensi terjadinya kekerasan dan merugikan diri sendiri.
Seperti yang di kutip dari salah satu laman perempuanjurnalis.com yaitu :
Perjuangan perempuan untuk membebaskan diri dari belenggu ketidakadilan gender ternyata masih panjang. Meskipun pemerintah sudah menetapkan aturan affirmative action yang menyaratkan agar keterlibatan perempuan di ranah public sebanyak 30 persen, tapi pada kenyataanya perempuan yang berkiprah di ranah publik hanya berkisar 10 persen. Itu artinya, hingga saat ini perempuan masih berkutat dengan urusan domestik.
Padahal saat ini, perempuan dituntut menjadi seorang yang mandiri yang tidak selalu tergantung dengan suami. Selain itu, perempuan juga dituntut untuk memiliki kebebasan untuk menentukan sikap, mengambil keputusan dan mengembangkan diri. Di samping itu, perempuan juga dituntut bisa mengaktualisasikan diri, sesuai dengan kebutuhannya sesuai dengan potensi dan kemampuannya.
Gender merupakan konstruksi sosial atau yang biasa disebut sebagai jenis kelamin sosial yang sejatinya dibentuk oleh masyarakat, namun dapat dirubah, berbeda dengan jenis kelamin biologis yang tidak dapat dirubah dan dipertukarkan.
Menurut, Santrock (2003: 365) mengemukakan bahwa istilah gender dan seks memiliki perbedaan dari segi dimensi. Isilah seks (jenis kelamin) mengacu pada dimensi biologis seorang laki-laki dan perempuan, sedangkan gender mengacu pada dimensi sosial-budaya seorang laki-laki dan perempuan.
Semoga kedepan lebih banyak generasi muda yang terlibat dan dilibatkan dalam upaya Kesetaran Berbasis Gender dan lebih banyak perempuan yang dapat menyuarakan serta sadar akan tindakan-tindakan ketidakadilan gender.
Dan diharapkan melalui media sosial remaja putri mampu berbagi informasi dengan sesama pengguna sosial media, agar informasi KBG tidak lagi dirasa asing dan benar-benar memberi manfaat bagi setiap individu yang menjadi penerima informasi maupun pemberi informasi.
Diskusi ini dilakukan oleh Yayasan Harapan Ibu Papua, bagi kelompok remaja putri di Kampung Yakonde, bersama 15 orang remaja putri dengan latar belakang pendidikan dan kehidupan sosial yang berbeda-beda.
Menyadari bahwa pentingnya melibatkan generasi muda untuk bergerak dalam berbagai isu-isu persoalan yang ada, salah satunya Kekerasan Berbasis Gender.
Tingginya kasus kekerasan terhadap perempuan, tidak hanya terjadi di dalam rumah tangga namun pada saat pacaran, bahkan sampai terjadi pembunuhan. Generasi muda saat ini di ajak untuk memiliki keasadaran kritis dalam melihat berbagai persoalan yang terjadi.
Setiap daerah dengan situasi yang berbeda-beda untuk penyelesaian kasus kekerasan yang terjadi, baik persoalannya maupun perlakuan dan penanganannya. Ada yang di bawah ke rana hukum namun ada yang hanya sampai pada penyelesaian secara adat, atau bahkan ada yang tidak ada penyelesaian sama sekali, namun tidak cukup memberikan efek jerah bagi pelaku.
Kegiatan ini adalah untuk menumbuhkan kesadaran setiap individu remaja putri tentang kekerasan-kekerasan yang mungkin selama ini tidak di sadari atau bahkan yang sudah dialami namun tidak bertindak.
Penting juga bagi perempuan agar menyadari bahwa kegiatan ini bukan untuk membuat perempuan merasa lebih hebat, atau bahkan menjadi pelaku kekerasan, tetapi juga penting bagi perempuan mengintrospeksi diri untuk mampu menghindari hal-hal yang berpotensi terjadinya kekerasan dan merugikan diri sendiri.
Seperti yang di kutip dari salah satu laman perempuanjurnalis.com yaitu :
Perjuangan perempuan untuk membebaskan diri dari belenggu ketidakadilan gender ternyata masih panjang. Meskipun pemerintah sudah menetapkan aturan affirmative action yang menyaratkan agar keterlibatan perempuan di ranah public sebanyak 30 persen, tapi pada kenyataanya perempuan yang berkiprah di ranah publik hanya berkisar 10 persen. Itu artinya, hingga saat ini perempuan masih berkutat dengan urusan domestik.
Padahal saat ini, perempuan dituntut menjadi seorang yang mandiri yang tidak selalu tergantung dengan suami. Selain itu, perempuan juga dituntut untuk memiliki kebebasan untuk menentukan sikap, mengambil keputusan dan mengembangkan diri. Di samping itu, perempuan juga dituntut bisa mengaktualisasikan diri, sesuai dengan kebutuhannya sesuai dengan potensi dan kemampuannya.
Gender merupakan konstruksi sosial atau yang biasa disebut sebagai jenis kelamin sosial yang sejatinya dibentuk oleh masyarakat, namun dapat dirubah, berbeda dengan jenis kelamin biologis yang tidak dapat dirubah dan dipertukarkan.
Menurut, Santrock (2003: 365) mengemukakan bahwa istilah gender dan seks memiliki perbedaan dari segi dimensi. Isilah seks (jenis kelamin) mengacu pada dimensi biologis seorang laki-laki dan perempuan, sedangkan gender mengacu pada dimensi sosial-budaya seorang laki-laki dan perempuan.
Semoga kedepan lebih banyak generasi muda yang terlibat dan dilibatkan dalam upaya Kesetaran Berbasis Gender dan lebih banyak perempuan yang dapat menyuarakan serta sadar akan tindakan-tindakan ketidakadilan gender.
Dan diharapkan melalui media sosial remaja putri mampu berbagi informasi dengan sesama pengguna sosial media, agar informasi KBG tidak lagi dirasa asing dan benar-benar memberi manfaat bagi setiap individu yang menjadi penerima informasi maupun pemberi informasi.
Jumat, 07 September 2018
Mentoring Jurnalis Warga Kota Jayapura Ke VII
Perhimpunan Pengembangan Media Nusantara, melalui Forum Jurnalis Warga Kota Jayapura melakukan pertemuan mentoring ke VII bagi 12 orang jurnalis warga, kegiatan ini dilakukan di ruang pertemuan Kantor Yayasan Harapan Ibu Papua.
Pertemuan ini merupakan kegiatan rutin yang dilakukan setiap bulan, dengan topik dan isu yang berbeda-beda.
Jurnalis warga saat ini berkembang dengan begitu pesat, bahkan dapat dilihat pada media-media online yang digunakan saat ini baik facebook, website maupun jenis sosial media lainnya, sehingga di harapkan setiap anggota JW mampu membuat berita berdasarkan fakta.
Pentingnya peran dan partisipasi jurnalis warga dalam berbagai isu serta persoalan-persoalan yang terjadi, di harapkan JW mampu memberikan warna tersendiri untuk satu perubahan yang lebih baik.
Anggota JW berasal dari latar belakang yang berbeda, sehingga melalui forum ini, tidak hanya sebatas pertemuan untuk membahas tentang media namun menjadi tempat berbagi dan belajar bersama.
Situasi dan kondisi Kota Jayapura dengan berbagai isu permasalahan yang berbeda-beda, terkadang memberikan tantangan tersendiri kepada setiap anggota JW untuk membuat berita.
Pada setiap mentoring, selalu di awali dengan berbagi bersama, yaitu setiap individu diberikan kesempatan untuk menceritakan tentang pengalaman-pengalaman pribadi serta tantangan-tantangan dalam menulis berita, agar menjadi informasi dan pemikiran bersama agar saling memotivitas dan mencari solusi bersama pada setiap persoalan yang ditemui.
Pada pertemuan kali ini, Koordinator JW mempresentasikan hasil berita yang di posting melalui sosial media facebook. Memberikan apresiasi untuk beberapa peningkatan, serta kontribusi anggota yang sejauh ini terlibat dalam penulisan. Namun disisi yang berbeda, masih ada beberapa isu yang kurang, sehingga di harapkan setiap anggota mampu terlibat aktif dalam menulis isu-isu yang menjadi persoalan saat ini, dan tidak terbatas di Kota Jayapura.
Sebagai salah satu upaya mengatasi persoalan di atas maka, pada kesempatan kali ini setiap anggota diberikan tugas untuk membuat tulisan berdasarkan latar belakang aktifitas individu dengan tidak menutup kemungkinan untuk tetap menuliskan berita-berita dengan isu lainnya. Pembagian ini, untuk menumbuhkan kepercayaan diri serta keterlibatan setiap orang dalam membuat berita.
Dibawah ini adalah isu-isu yang diberikan kepada setiap anggota JW yaitu :
Isu-isu yang menjadi topik adalah :
1. Pendidikan
2. Kekerasan Berbasis Gender
3. Budaya
4. Hukum
5. Olahraga
6. Jurnalis warga
7. Ekonomi
8. Kesehatan
9. dll
Beberapa hal yang di hasilkan dari pertemuan ini yaitu :
1. Adanya pembagian tugas setiap anggota JW untuk menulis berita
2. Pembuatan Profil Anggota JW Tifa Kota Jayapura
3. Rencana Pembuatan seragam JW
4. Mentoring Ke VIII pada tgl 20 September 2018
5. Adanya diskusi dan sharing bersama sesama anggota JW
Pertemuan ini merupakan kegiatan rutin yang dilakukan setiap bulan, dengan topik dan isu yang berbeda-beda.
Jurnalis warga saat ini berkembang dengan begitu pesat, bahkan dapat dilihat pada media-media online yang digunakan saat ini baik facebook, website maupun jenis sosial media lainnya, sehingga di harapkan setiap anggota JW mampu membuat berita berdasarkan fakta.
Pentingnya peran dan partisipasi jurnalis warga dalam berbagai isu serta persoalan-persoalan yang terjadi, di harapkan JW mampu memberikan warna tersendiri untuk satu perubahan yang lebih baik.
Anggota JW berasal dari latar belakang yang berbeda, sehingga melalui forum ini, tidak hanya sebatas pertemuan untuk membahas tentang media namun menjadi tempat berbagi dan belajar bersama.
Situasi dan kondisi Kota Jayapura dengan berbagai isu permasalahan yang berbeda-beda, terkadang memberikan tantangan tersendiri kepada setiap anggota JW untuk membuat berita.
Pada setiap mentoring, selalu di awali dengan berbagi bersama, yaitu setiap individu diberikan kesempatan untuk menceritakan tentang pengalaman-pengalaman pribadi serta tantangan-tantangan dalam menulis berita, agar menjadi informasi dan pemikiran bersama agar saling memotivitas dan mencari solusi bersama pada setiap persoalan yang ditemui.
Pada pertemuan kali ini, Koordinator JW mempresentasikan hasil berita yang di posting melalui sosial media facebook. Memberikan apresiasi untuk beberapa peningkatan, serta kontribusi anggota yang sejauh ini terlibat dalam penulisan. Namun disisi yang berbeda, masih ada beberapa isu yang kurang, sehingga di harapkan setiap anggota mampu terlibat aktif dalam menulis isu-isu yang menjadi persoalan saat ini, dan tidak terbatas di Kota Jayapura.
Sebagai salah satu upaya mengatasi persoalan di atas maka, pada kesempatan kali ini setiap anggota diberikan tugas untuk membuat tulisan berdasarkan latar belakang aktifitas individu dengan tidak menutup kemungkinan untuk tetap menuliskan berita-berita dengan isu lainnya. Pembagian ini, untuk menumbuhkan kepercayaan diri serta keterlibatan setiap orang dalam membuat berita.
Dibawah ini adalah isu-isu yang diberikan kepada setiap anggota JW yaitu :
Isu-isu yang menjadi topik adalah :
1. Pendidikan
2. Kekerasan Berbasis Gender
3. Budaya
4. Hukum
5. Olahraga
6. Jurnalis warga
7. Ekonomi
8. Kesehatan
9. dll
Beberapa hal yang di hasilkan dari pertemuan ini yaitu :
1. Adanya pembagian tugas setiap anggota JW untuk menulis berita
2. Pembuatan Profil Anggota JW Tifa Kota Jayapura
3. Rencana Pembuatan seragam JW
4. Mentoring Ke VIII pada tgl 20 September 2018
5. Adanya diskusi dan sharing bersama sesama anggota JW
Foto Bersama |
Kamis, 23 Agustus 2018
Komunitas WARNA - Pelatihan Pengelolaan Sistem Keuangan Sederhana
Perhimpunan Pengembangan Media Nusantara (PPMN) melalui program Citradaya Nita melakukan Kegiatan Pelatihan Pengelolaan Sistem Keuangan Sederhana dan Pelatihan Membuat Pernak Pernik Cendrawasih dari Kayu Gaba (23/8).
Kegiatan pelatihan ini merupakan salah satu upaya dalam program Pemberdayaan perempuan dalam penanggulangan Kemiskinan, yang dimulai pada bulan Juli dan telah di awali dengan workshop sosialisasi program.
Pelatihan ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman dan pengetahuan Komunitas, agar mampu mengatur keuangan dengan baik, dan mendapat informasi serta pengetahuan baru serta diskusi bersama komunitas.
Kegiatan ini dilakukan di Kantor Yayasan Harapan Ibu Papua, dan di hadiri juga oleh Ibu Veneranda Kirihio selaku Pimpinan YHIP. Pelatihan ini berlangsung cukup lama, karena banyak hal-hal menarik yang menjadi pembahasan, serta materi yang di kemas dengan begitu sederhana sehingga mudah di pahami oleh komunitas.
Perempuan dan dunia usaha memang menjadi menarik, karena banyak tantangan yang dihadapi oleh setiap individu dan berbeda-beda. Namun melalui program ini, perempuan diharapkan mampu keluar dari zona nyaman dan mengalahkan rasa takut untuk mencoba serta bersaing meski dengan usaha kecil.
Seperti yang di sampaikan Jihan Kantoli selaku Fasilitator bahwa Perempuan memang sering kesulitan apalagi jika berhadapan dengan kebutuhan yang banyak, sehingga kadang modal usaha digunakan untuk kebutuhan sehari-hari. Dan ini yang perlu dirubah oleh komunitas.
Pada kesempatan yang sama Yulius Amamehi yang juga sebagai fasilitator memberi motivasi kepada peserta agar bisa berbagi ilmu dan informasi dengan sesama, agar talenta yang kita punya bertambah. Karena tidak cukup sampai pada diri sendiri.
Yulius sebagai fasilitator membuat pernak- pernik cendrawasih dari kayu Gaba, memberikan pelatihan serta informasi kepada komunitas, akan lebih baik jika kita tidak lagi memburu cendrawasih untuk digunakan sebagai ikat kepala atau pajangan setelah di awetkan. Lebih baik menggunakan yang dari kayu atau dari bahan apapun yang berbentuk cendrawasih. Seperti yang kita ketahui bahwa saat ini, sudah ada larangan keras untuk tidak menggunakan topi atau ikat kepala dengan cendrawasih asli.
Komunitas begitu antusias ingin belajar, apalagi permintaan dan pesanan untuk cendrawasih sangat banyak, sehingga komunitas perempuan berharap ini menjadi informasi dan pengetahuan baru yang bermanfaat dan akan memghasilkan untuk menunjang ekonomi keluarga.
Selanjutnya akan ada lebih banyak produk yang di pasarkan melalui sosial media hasil kerajinan dan keterampilan komunitas, yaitu cendrawasih dari kayu gaba, dompet dan tas dari benang, noken, bingkai dari koran, bunga dan sandal. Ini merupakan wujud komitmen bersama, dan di harapkan ini akan terus berjalan dengan memanfaatkan teknologi yang ada serta menyesuaikan dengan minat serta situasi yang ada saat ini. Apalagi saat ini sudah semakin banyak kerajinan dan keterampilan yang ada, namun untuk tetap eksis kita harus mencoba dan belajar hal-hal baru sebagai nilai tambah untuk produk yang akan di pasarkan.
Beberapa mama-mama sudah memiliki akun Facebook sehingga mulai belajar memasarkan sendiri, dan ke depan akan dilakukan pelatihan pemasaran melalui sosiak media.
Melalui program Citradaya Nita, mampu memberdayakan komunitas perempuan, sehingga meskipun program berakhir, namun komitmen bersama dan apa yang telah di bangun bersama dalam komunitas tetap berjalan.
Karena, Perempuan harus bisa berdaya dan mampu bersaing secara sehat dan mengatur keuangan dengan baik meski dalam bentuk sederhana.
Kegiatan pelatihan ini merupakan salah satu upaya dalam program Pemberdayaan perempuan dalam penanggulangan Kemiskinan, yang dimulai pada bulan Juli dan telah di awali dengan workshop sosialisasi program.
Pelatihan ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman dan pengetahuan Komunitas, agar mampu mengatur keuangan dengan baik, dan mendapat informasi serta pengetahuan baru serta diskusi bersama komunitas.
Kegiatan ini dilakukan di Kantor Yayasan Harapan Ibu Papua, dan di hadiri juga oleh Ibu Veneranda Kirihio selaku Pimpinan YHIP. Pelatihan ini berlangsung cukup lama, karena banyak hal-hal menarik yang menjadi pembahasan, serta materi yang di kemas dengan begitu sederhana sehingga mudah di pahami oleh komunitas.
Perempuan dan dunia usaha memang menjadi menarik, karena banyak tantangan yang dihadapi oleh setiap individu dan berbeda-beda. Namun melalui program ini, perempuan diharapkan mampu keluar dari zona nyaman dan mengalahkan rasa takut untuk mencoba serta bersaing meski dengan usaha kecil.
Seperti yang di sampaikan Jihan Kantoli selaku Fasilitator bahwa Perempuan memang sering kesulitan apalagi jika berhadapan dengan kebutuhan yang banyak, sehingga kadang modal usaha digunakan untuk kebutuhan sehari-hari. Dan ini yang perlu dirubah oleh komunitas.
Pada kesempatan yang sama Yulius Amamehi yang juga sebagai fasilitator memberi motivasi kepada peserta agar bisa berbagi ilmu dan informasi dengan sesama, agar talenta yang kita punya bertambah. Karena tidak cukup sampai pada diri sendiri.
Yulius sebagai fasilitator membuat pernak- pernik cendrawasih dari kayu Gaba, memberikan pelatihan serta informasi kepada komunitas, akan lebih baik jika kita tidak lagi memburu cendrawasih untuk digunakan sebagai ikat kepala atau pajangan setelah di awetkan. Lebih baik menggunakan yang dari kayu atau dari bahan apapun yang berbentuk cendrawasih. Seperti yang kita ketahui bahwa saat ini, sudah ada larangan keras untuk tidak menggunakan topi atau ikat kepala dengan cendrawasih asli.
Komunitas begitu antusias ingin belajar, apalagi permintaan dan pesanan untuk cendrawasih sangat banyak, sehingga komunitas perempuan berharap ini menjadi informasi dan pengetahuan baru yang bermanfaat dan akan memghasilkan untuk menunjang ekonomi keluarga.
Selanjutnya akan ada lebih banyak produk yang di pasarkan melalui sosial media hasil kerajinan dan keterampilan komunitas, yaitu cendrawasih dari kayu gaba, dompet dan tas dari benang, noken, bingkai dari koran, bunga dan sandal. Ini merupakan wujud komitmen bersama, dan di harapkan ini akan terus berjalan dengan memanfaatkan teknologi yang ada serta menyesuaikan dengan minat serta situasi yang ada saat ini. Apalagi saat ini sudah semakin banyak kerajinan dan keterampilan yang ada, namun untuk tetap eksis kita harus mencoba dan belajar hal-hal baru sebagai nilai tambah untuk produk yang akan di pasarkan.
Beberapa mama-mama sudah memiliki akun Facebook sehingga mulai belajar memasarkan sendiri, dan ke depan akan dilakukan pelatihan pemasaran melalui sosiak media.
Melalui program Citradaya Nita, mampu memberdayakan komunitas perempuan, sehingga meskipun program berakhir, namun komitmen bersama dan apa yang telah di bangun bersama dalam komunitas tetap berjalan.
Karena, Perempuan harus bisa berdaya dan mampu bersaing secara sehat dan mengatur keuangan dengan baik meski dalam bentuk sederhana.
Minggu, 19 Agustus 2018
Yayasan Harapan Ibu Papua Rayakan HUT RI Bersama Anak-Anak di Kampung Yakonde
Perayaan Hari Kemerdekaan RI ke 73, Yayasan Harapan Ibu Papua (YHIP), pimpinan dan seluruh staff berkunjung ke kampung Yakonde distrik Waibu, kabupaten Jayapura.
Kegiatan ini juga dihadiri oleh beberapa tokoh masyarakat dan aparat kampung serta tokoh agama yang ada di kampung Yakonde.
Bersama ibu-ibu kader yang juga sangat antusias membantu serta tokoh pemuda yang membantu kegiatan yang dilakukan sejak siang hingga sore hari.
Fokusnya memang bersama anak-anak yang ada di kampung Yakonde tetapi ada juga anak-anak dari beberapa kampung sekitar yang ikut terlibat dalam kegiatan yang dilakukan.
Beberapa lomba yang dipersiapkan untuk memeriahkan HUT RI di antaranya, lomba makan kerupuk, lari kelereng dan lari karung dan mewarnai. Sama seperti lomba pada umumnya.
Kegiatan ini di awali dengan menggambar wajah dengan tema HUT RI, anak-anak begitu antusias dan gembira, dari yang kelompok belum sekolah hingga SMP, kemudian menghafal Pancasila, Menyayikan Lagu Kebangsaan Indonesia Raya dan lagu Kemerdekaan 17 Agustus 1945.
Pada kegiatan ini juga YHIP membagikan perlengkapan belajar seperti buku, alat tulis dan dan lainnya juga beberapa hadiah bagi pemenang lomba.
Mungkin tidak ada yang spesial, karena ini sama dengan lomba-lomba pada umumnya yang sering dilakukan, namun tujuan kegiatan ini adalah agar anak-anak memiliki rasa bangga terhadap Negri Tercinta serta Menumbuhkan semangat dan cinta tanah air yang merupakan hal penting dan memang harus di tanamkan sejak dini.
Seperti yang di sampaikan oleh Ibu Veneranda Kirihio selaku Direktris Yayasan Harapan Ibu Papua.
"Anak-anak adalah Masa Depan Bangsa, dan mereka adalah penerus Bangsa, harus menumbuhkan semangat dan cinta tanah air sejak kecil, agar kelak mereka bisa menjadi anak-anak yang membangun Negara tercinta dan mampu mengukir prestasi yang mengharumkan bangsa kita".
Banyak anak-anak yang mengalami kekerasan, banyak anak-anak yang tidak mendapatkan pendidikan, kesulitan mengakses kesehatan, tidak memiliki kebebasan bermain dan mengembangkan potensi yang dimiliki karena berbagai faktor.
Semoga Kemerdekaan dapat benar-benar dirasakan oleh seluruh anak Indonesia dan seluruh masyarakat Indonesia.
Indonesia begitu kaya, dengan segala yang di miliki, dengan latar belakang suku dan budaya yang berbeda-beda dan begitu unik, serta alam yang indah, itu adalah kekayaan yang patut kita banggakan. Meski dengan kekurangan, keterbatasanyang masih harus dibenahi namun kita adalah bagian dari perubahan itu. Mengajarkan anak-anak agar tidak melihat kekurangan bangsa ini yang membuat kita tidak merasa bangga, namun mengajarkan mereka tentang bagaimana mencintai dan melihat kekayaan yang dimiliki, serta membawa perubahan sebagai penerus
bangsa dan negara.
Bapak Korah sebagai salah satu aparat kampung yang juga sangat senang dengan kegiatan yang dilakukan, bahkan mengikuti sampai akhir, " Kami senang sekali dengan kegiatan ini, karena jarang sekali dilakukan, anak-anak banyak sekali bahkam dari kampung lain datang. Kami harap YHIP kembali dengan kegiatan-kegiatan lain lagi dan bisa lebih banyak yang dilibatkan. Kami senang melihat anak-anak yang sebenarnya sudah kumpul dari pagi. Tetapi ini sangat bermanfaat untuk kami".
Dan salah satu Tokoh pemuda yaitu Evi Toam, "Kami harap bisa ada kegiatan lagi, dan lebih banyak biar kita biar kampung kami mendapat banyak informasi dan kegiatan-kegiatan seperti ini memberi semangat untuk adik-adik, supaya memiliki rasa cinta terhadap negara kita, meskipun kami di kampung yang berbeda jauh bahkan jauh dari Kota tetapi kami Cinta Indonesia dan semoga YHIP ada kegiatan-kegiatan lain lagi, sukses selalu".
Kampung Yakonde, sejak 2017 merupakan salah satu kampung binaan YHIP untuk isu Kekerasan Berbasis Gender, sehingga kedekatan sudah di bangun sejak saat itu, dan berharap kedepan program tetap berjalan dan bisa membangun jejaring dengan kampung lainnya.
Pada kesempatan ini juga komunitas WARNA terlibat dengan menyumbangkan parsel untuk anak-anak, sebagai salah satu komitmen yang di bangun untuk menyisihkan sebagian dari hasil dan sumbangan untuk berbagi. Karena komunitas WARNA juga adalah binaan dari Yayasan Harapan Ibu Papua.
Yayasan Harapan Ibu berharap, dengan adanya kegiatan ini, tidak hanya sebatas perayaan HUT NKRI namun pada kesempatan lain akan melakukan kegiatan-kegiatan sosial lainnya, dan semoga bisa dengan kampung lainnya.
Jika kita ingin Indonesia menjadi lebih baik maka kita harus melakukan sesuatu karena "Kerja Kita, Prestasi Bangsa".
Seperti apapun Negri yang kita pijak, kita patut bangga karena ini adalah Tanah Air Kita.
Foto Bersama Anak-anak sebelum Lomba |
Sebelum Pengumuman Juara |
Lomba Lari Karung |
Ibu Direktris Menyerahkan Hadiah Pertama |
Lomba Lari Kelereng |
Menyanyikan Lagu Indonesia Raya |
Foto Bersama Pimpinan Dan Staff YHI Papua |
Menghafal Pancasila
Menggambar Wajah |
Langganan:
Postingan (Atom)