Kamis, 26 Juli 2018
Mobile VCT - Program P2HA
Hari ini, Yayasan Harapan Ibu Papua bersama Puskesmas Kotaraja, melakukan mobile VCT di salah satu asrama putri yang ada di Kota Jayapura.
Kegiatan ini dilakukan sebagai salah satu upaya pada program Pencegahan dan Penanggulangan HIV dan AIDS (P2HA). Ini merupakan kegiatan kesekian dari beberapa kegiatan mobile VCT yang telah dilakukan sebelumnya bersama beberapa PKM.
Diawali dengan sosialisasi HIV-AIDS dan IMS, untuk memberi pemahaman kepada penghuni asrama tentang pencegahan dan penularan HIV. Selanjutnya diskusi bersama, dimana setiap orang diberi kesempatan untuk bertanya dan berbagi informasi seputar HIV.
Diskusi seputar stigma dan diskriminasi menjadi penting, karena ini merupakan asrama, sehingga di harapkan setiap orang bisa menerima status HIV teman lainnya jika ada yang terinfeksi dan jika ada yang membuka status positifnya kepada teman yang lain, sehingga tidak mendapatkan penolakan serta cap buruk, jadi sebelum pemeriksaan dimulai, ini menjadi materi yang wajib diberikan.
Dua pemeriksaan dilakukan sekaligus yaitu untuk HIV dan Sifilis. Dan dari 13 orang yang di periksa, 3 orang positif sifilis (23%), 2 orang terinfeksi HIV (15%), dan salah satu dari 2 orang yang terinfeksi HIV juga positif sifilis. Angka ini, bukan sekedar angka, namun begitu tinggi untuk temuan kasus HIV dan IMS.
Hasil ini, patut menjadi perhatian kita bersama, tidak cukup dengan berfokus pada kelompok-kelompok tertentu. Apalagi saat ini, Kota Jayapura berada di urutan kedua tertinggi setelah Kab Nabira, untuk jumlah kasus HIV-AIDS per 31 maret 2018 dengan jumlah kasus 6007.
Disis lain perlu adanya pengawasan di asrama-asrama agar asrama benar-benar di manfaatkan sesuai dengan fungsinya. Karena dari hasil pantauan, di area sekitar asrama ada begitu banyak tumpukan botol minuman keras serta kurang terurus dengan baik. Memang tidak semua asrama demikian, karena ada asrama yang memang benar-benar dikelola dengan baik. Sehingga di harapkan semua asrama benar-benar menjadi tempat huni yang aman dan nyaman.
Penanggulangan HIV tidak cukup pada ketegori resiko tinggi atau kelompok tertentu namun Papua sudah masuk pada populasi umum, sudah seharusnya semua program menyasar pada semua kalangan masyarakat umum.
Peran serta pemerintah dan seluruh elemen masyarakat menjadi hal penting, untuk mendukung program getting to three zero, yaitu :
1. Zero New Infection, menurunkan jumlah kasus baru HIV serendah mungkin.
2. Zero AIDS Related Deaths, menurunkan serendah mungkin angka kematian AIDS
3. Zero Discrimination, menurunkan stigma dan diskriminasi terhadap pasien HIV AIDS.
Diharapkan, semua program P2HA dapat berjalan dengan baik, dan setiap orang memiliki kesadaran kritis untuk memeriksakan diri ke layanan kesehatan.
Jumat, 13 Juli 2018
Workshop Sosialisasi Program CN 2018
Hari ini jumat 13 juli, bertempat di ruang rapat KPA
Kota Jayapura, telah melakukan workhsop sosialisasi program bagi komunitas
perempuan kreatif kota jayapura., bersama 15 orang peserta komunitas dari
berbagai latar belakang keterampilan yang berbeda.
Merupakan langkah awal, untuk program yang akan dilaksanakan
bersama PPMN melalui Citradaya Nita.
Workshop sosialisasi program dilakukan untuk memberi
pemahaman kepada setiap perempuan yang tergabung dalam komunitas tentang
program yang akan dijalankan selama tiga bulan bersama PPMN melalui Citradaya
Nita dalam program Pemberdayaan perempuan.
Pada workshop ini menghadirkan tiga orang narasumber, yaitu
Bapak Ahmda Musa dari Disperindagkop selaku Kabid Koperasi, Ibu Oktovina Selaku
Sekertaris Dinas P3AKB didampingi Ibu Hubertina selaku kepala bidang dinas
P3AKB Kota Jayapura.
Tujuan dari workshop ini adalah agar setiap individu yang
tergabung dalam komunitas perempuan kreatif kota jayapura, memahami tentang
program yang akan dijalankan serta memahami tentang tujuan berkelanjutan dari
program yang akan berjalan selama tiga bulan.
Meski secara program hanya akan berjalan selama tiga bulan,
namun berharap komunitas ini mampu berdaya dan memberi manfaat tidak hanya bagi
individu tetapi kelompok serta lingkungan masyarakat secara berkelanjutan.
Menurut bapak Ahmad Musa, Penting sekali perempuan berdaya
dan membangun usaha, yang penting benar-benar punya kemampuan dan berkomitmen
untuk bisa berdaya agar bisa meningkatkan drajad dan ekonomi baik individu
maupun keluarga. Beberapa peluang yang diberikan kepada komunitas WARNA, yaitu
membuat sebagus mungkin hasil keterampilan, kemudian jika memang memiliki daya
saing dan di harapkan bisa mengangkat unsur budaya pada setiap keterampilan yang
di hasilkan maka bisa ditaruh di outlet-outlet di Kota Jayapura dan ada juga di
Kabupaten Jayapura yaitu di Bandara sentani. Yang penting hasilnya bagus dan
jika di nilai bagus, maka akan membuat MOU untuk beberapa kesepakatn yang perlu
dilakukan.
Selanjutnya menurut Ibu Oktovina , perempuan terkadang
kesulitan untuk berdaya dan keterbatasan akses karena berbenturan dengan
berbagai persoalan, salah satunya posisi tawar perempuan yang rendah, dan
budaya patriarki, sehingga perempuan kesulitan karena kurangnya pemahaman
gender. Perempuan berdaya bukan berarti bersaing dengan laki-laki, namun setara
dan dapat membantu kebutuhan-kebutuhan, apalagi perempuan yang tidak memiliki
suami, harus menjadi ibu dan bapa dalam keluarga.
Di waktu yang sama, pernyataan menarik juga dari Ibu Hubertina,
bagaimana perempuan dengan usaha yang kecil dapat memiliki simpanan, dan mmapu
mengatur keuangan dengan baik. Jangan menjual dengan harga mahal, jual dnegan
harga murah yang penting komit, untuk uang yang didapat setiap hari di tabung,
tidka boleh digunakan untuk hal-hal yang bukan kebutuhan penting,pasti hasilnya
lumaya. Kebanyakan usaha tidak berjalan karena kita mengharapkan keuntungan
besar sedangkan kita menjual dengan harga yang terlalu mahal.
Ada beberapa hal yang dihasilkan dari workshop ini yaitu,
Komunitas perempuan mendapat kesempatan untuk mendapatkan 1 stand pameran pada
festival teluk humbold yang akan dilaksankan pada tanggal 5 sampai 7 juli serta
pada perayaan hari kemerdekaan RI, dan
peluang untuk mengajukan proposal bantuan kepada dinas perindagkop meskipun
dengan beberapa persyaratan yang harus dipenuhi, namun ini menjadi satu tahap
dan peluang untuk bisa berdaya meski dengan berbagai tantangan.
Melalui workshop ini, memberi pemahman bagi setiap perempuan
yang tergabung dalam komunitas untuk bisa memahami dengan baik bagaimana
menjadi perempuan yang berdaya dan bersaing secara sehat dalam dunia usaha.
Pentingnya keterlibatan perempuan dalam berbagai akses,
melalui kegiatan-kegiatan yang dilakukan. Komunitas WARNA tidak hanya memprioritaskan
pengembangan ekonomi, namun berkomitmen untuk memberi manfaat bagi orang lain,
sehingga membuat kesepakatan bersama, bahwa setiap penghasilan, akan disisikan
sebagian untuk membantu orang yang terinfeksi HIV, berdasarkan informasi yang
kami dapat bahwa beberapa perempuan yang terinfeksi HIV beberapa diantaranya
juga dalam keadaan hamil dengan kondisi yag serba berkekurangan, sehingga tidak
mendapat asupan nutrisi yang baik.
Kami mungkin tidak dapat memberikan bantuan yang besar dan
banyak namun paling tidak seberapapun penghasilan yang kami dapat, bisa berbagi
dengan orang lain.
PPMN melalui program Citradaya Nita, dengan program pemberdayaan perempuan dalam penanggulangan kemiskinan diharapkan benar-benar dapat mmeberi dampak positif serta perubahan yang lebih baik khususnya bagi komunitas perempuan.
Selasa, 10 Juli 2018
Komunitas WARNA - Program CN 2018
Komunitas WARNA berasal dari kelompok perempuan dampingan Yayasan Harapan Ibu Papua, yang awalnya tergabung dalam kelompok besar TAMECU (Tak Mengenal Cuaca). Dengan adanya bantuan dana hibah dari Perhimpunan Pengembangan Media Nusantara (PPMN) pada program Pemberdayaan Perempuan Dalam Penanggulangan Kemiskinan melalui Citradaya Nita 2018, diharapkan dapat memberi manfaat bagi komunitas melalui kegiatan-kegiatan dalam program yang akan dilaksanakan.
Pada awal program nanti 07 Juli 2018, akan dilakukan Workshop sosialisasi program kepada komunitas yang akan terlibat dalam program CN selama tiga bulan kemudian pada bulan agustus dan desember akan dilakukan pelatihan baik pemasaran melalui media sosial dan cara mengelola sistem keuangan.
Diharapkan dengan adanya program Citradaya Nita selama tiga bulan, dapat meningkatkan kesejahteraan komunitas perempuan, dan memberi manfaat khususnya bagi perempuan, serta mampu menyadarkan perempuan tentang potensi-potensi yang dimiliki untuk menjadi satu keterampilan yang menguntungkan serta membantu perekonomian.
Pentingnya Pemberdayaan perempuan memang tidak hanya dari sisi ekonomi namun juga pada berbagai akses, yaitu kesehatan, pendidikan dan dalam berbagai hal. Dengan demikian diharapkan 15 orang perempuan yang tergabung dalam program ini, dapat memberi pengaruh dan manfaat bagi kelompok perempuan lainnya serta dapat meningkatkan akses perempuan dalam berbagai aspek sebagai indikator keberhasilan yang ingin dicapai dalam program CN 2018.
WARNA dipilih menjadi nama komunitas karena setiap perempuan memiliki keunikan masing-masing dengan latar belakang cerita, kisah, serta warna-warni kehidupan yang berbeda-beda pada setiap individu sehingga melalui program ini, diharapkan setiap orang mampu berdaya dan memberi dampak positif tidak hanya untuk diri sendiri namun bagi keluarga dan lingkungannya.
Seperti beberapa hal yang disampaikan oleh Ibu Eni Mulia selaku executive director PPMN pada workhsop pengenalan program akhir juni 2018, Program Fellowship Citradaya Nita adalah satu-satunya di Indonesia yang mmeberikan bantuan dan kesempatan khusus bagi jurnalis perempuan untuk memberdayakan komunitasnya terutama kaum perempuan. PPMN telah menyelenggarakan program ini sejak tahun 2015 dan secara kontinyu dan total telah memberikan fellowship ini kepada 21 jurnalis perempuan dari seluruh pelosok Nusantara dengan berbagai program mulai dari pendidikan, hingga kesehatan, pencegahan perdagangan manusia hingga peningkatan ekonomi serta pencegahan pernikahan anak dan banyak lainnya. Program ini diadakan PPMN mengingat masih terpinggirnya peran dan posisi perempuan di Indonesia pada media.
PPMN sebagai sebuah lembaga nonprofit untuk mengembangkan profesionalisme media dan memperluas akses informasi di Indonesia dan berbagai negara Asia. Sehingga melalui program ini perempuan memahami tentang media dan mampu bersaing secara positif melalui media khusunya akses informasi dan pemasaran serta promosi.
WARNA adalah salah satu komunitas Perempuan Kreatif Kota Jayapura terdiri dari 15 orang, yang fokus pada berbagai keterampilan yaitu, mengolah bahan bekas, menganyam noken, membuat bunga dari benang, membuat pita HIV dan berbagai keterampilan lainnya, diharapkan dapat menjadi contoh bagi komunitas perempuan lainnya agar mampu mengembangkan potensi yang dimiliki serta kepercayaan diri untuk belajar tentang keterampilan serta mencari peluang-peluang yang memberi manfaat untuk menjadi Perempuan yang Berdaya.
Dengan berjalannya waktu, kelompok ini diharapkan kedepan tidak hanya 15 orang yang akan berjalan bersama, namun dapat berkembang menjadi kelompok yang besar dengan melibatkan perempuan-perempuan kreatif dan terampil lainnya. Sehingga meski program CN berakhir namun komunitas ini tetap berjalan dan terus mengembangkan diri melalui pemberdayaan dan mampu memberdayakan sesama komunitas perempuan.
Pada awal program nanti 07 Juli 2018, akan dilakukan Workshop sosialisasi program kepada komunitas yang akan terlibat dalam program CN selama tiga bulan kemudian pada bulan agustus dan desember akan dilakukan pelatihan baik pemasaran melalui media sosial dan cara mengelola sistem keuangan.
Diharapkan dengan adanya program Citradaya Nita selama tiga bulan, dapat meningkatkan kesejahteraan komunitas perempuan, dan memberi manfaat khususnya bagi perempuan, serta mampu menyadarkan perempuan tentang potensi-potensi yang dimiliki untuk menjadi satu keterampilan yang menguntungkan serta membantu perekonomian.
Pentingnya Pemberdayaan perempuan memang tidak hanya dari sisi ekonomi namun juga pada berbagai akses, yaitu kesehatan, pendidikan dan dalam berbagai hal. Dengan demikian diharapkan 15 orang perempuan yang tergabung dalam program ini, dapat memberi pengaruh dan manfaat bagi kelompok perempuan lainnya serta dapat meningkatkan akses perempuan dalam berbagai aspek sebagai indikator keberhasilan yang ingin dicapai dalam program CN 2018.
WARNA dipilih menjadi nama komunitas karena setiap perempuan memiliki keunikan masing-masing dengan latar belakang cerita, kisah, serta warna-warni kehidupan yang berbeda-beda pada setiap individu sehingga melalui program ini, diharapkan setiap orang mampu berdaya dan memberi dampak positif tidak hanya untuk diri sendiri namun bagi keluarga dan lingkungannya.
Seperti beberapa hal yang disampaikan oleh Ibu Eni Mulia selaku executive director PPMN pada workhsop pengenalan program akhir juni 2018, Program Fellowship Citradaya Nita adalah satu-satunya di Indonesia yang mmeberikan bantuan dan kesempatan khusus bagi jurnalis perempuan untuk memberdayakan komunitasnya terutama kaum perempuan. PPMN telah menyelenggarakan program ini sejak tahun 2015 dan secara kontinyu dan total telah memberikan fellowship ini kepada 21 jurnalis perempuan dari seluruh pelosok Nusantara dengan berbagai program mulai dari pendidikan, hingga kesehatan, pencegahan perdagangan manusia hingga peningkatan ekonomi serta pencegahan pernikahan anak dan banyak lainnya. Program ini diadakan PPMN mengingat masih terpinggirnya peran dan posisi perempuan di Indonesia pada media.
PPMN sebagai sebuah lembaga nonprofit untuk mengembangkan profesionalisme media dan memperluas akses informasi di Indonesia dan berbagai negara Asia. Sehingga melalui program ini perempuan memahami tentang media dan mampu bersaing secara positif melalui media khusunya akses informasi dan pemasaran serta promosi.
WARNA adalah salah satu komunitas Perempuan Kreatif Kota Jayapura terdiri dari 15 orang, yang fokus pada berbagai keterampilan yaitu, mengolah bahan bekas, menganyam noken, membuat bunga dari benang, membuat pita HIV dan berbagai keterampilan lainnya, diharapkan dapat menjadi contoh bagi komunitas perempuan lainnya agar mampu mengembangkan potensi yang dimiliki serta kepercayaan diri untuk belajar tentang keterampilan serta mencari peluang-peluang yang memberi manfaat untuk menjadi Perempuan yang Berdaya.
Dengan berjalannya waktu, kelompok ini diharapkan kedepan tidak hanya 15 orang yang akan berjalan bersama, namun dapat berkembang menjadi kelompok yang besar dengan melibatkan perempuan-perempuan kreatif dan terampil lainnya. Sehingga meski program CN berakhir namun komunitas ini tetap berjalan dan terus mengembangkan diri melalui pemberdayaan dan mampu memberdayakan sesama komunitas perempuan.
Rabu, 04 Juli 2018
Saya Menjadi Pekerja Seks sejak umur 15 Tahun.
Gadis itu tersenyum, dengan wajah yang manis, memberi salam dan memeluk kala itu. Kami duduk dengan bangku kecil dan tepat di depan kompor seolah menikmati aroma ikan goreng yang menunggu matang malam itu.
Mengenalnya sejak beberapa tahun terakhir ketika menjadi bagian dari komunitas yang didampingi. tidak merasa canggung, begitu asik sebelum akhirnya diskusi kami sampai pada pertanyaan-pertanyaan yang awalnya mungkin sulit untuk dijawab. Namun pada akhirnya dia seolah begitu nyaman menceritakan tentang kisahnya.
Gadis kelahiran jayapura 2000 ini bercita-cita ingin menjadi guru namun karena keadaan yang begitu sulit, terpaksa harus berhenti sekolah saat duduk di bangku SMA. anak sulung dari 4 orang bersaudara, tinggal bersama ibu yang hanya seorang buru cuci pakaian, dan memberi makan hewan peliharaan tetangga untuk mendapatkan upah.
Hidup serba kekurangan, dengan kondisi ekonomi yang begitu sulit seolah memaksanya berada di jalur yang tidak di harapkan. Menjadi pekerja seks sejak usia 15 tahun, untuk memenuhi kebutuhan dan membantu perekonomian keluarga adalah sesuatu yang tidak pernah terbayangkan hingga saat ini. Saat teman-teman seuisianya belajar dan bergaul dengan lingkungan sekolah, dia tidak merasakan keadaan demikian.
"Saya kerja begini dari umur 15 tahun, sebenarnya hanya ingin coba, tetapi saya pikir dengan begini bisa membantu juga, bisa beli baju dan hp trus bantu mama deng ade-ade juga".
Keinginannya kembali bersekolah masih ada, untuk mewujudkan cita-citanya sejak kecil, namun kesulitan untuk biaya sekolah membuatnya mengubur dalam-dalam harapannya apalagi saat ini, ada 3 orang adik yang membutuhkan biaya pendidikan sehingga mereka alasan untuk dia tetap bekerja meski begitu sulit.
"saya sedih kalau lihat teman-teman ke sekolah, ato kuliah trus dengan keluarga yang berada, kadang saya menangis, kenapa saya hidup begini, dan malu juga".
Tidak cukup sampai disitu, saat ini gadis kecil ini sedang mengandung 4 bulan, tanpa suami dan harus berjuang sendiri. Berusaha menyembunyikan dari keluarga, karena takut jika ketahuan, disisi lain tidak ingin menambah beban ibunya. Apalagi saat ini dia tidak bisa bekerja karena kehamilannya.
"Saya harap anak saya bisa lahir, dan tidak menjadi seperti mamanya, dia harus jadi anak pintar dan berguna. dan semoga dia tidak menyesal punya ibu kayak saya".
Meski berhadapan dengan situasi yang sulit, tidak sedikitpun keinginannya untuk menggugurkan kandungannya, dan dia percaya bahwa satu saat nanti akan ada laki-laki yang mau menerima keadaannya.
Menjadi pekerja seks di usia yang masih snagat muda, bukanlah impiannya, namun situasi seolah membawanya ke tahap yang begitu sulit. Berjuang untuk keluarga dan diri sendiri adalah alasan terbesarnya. Meski kadang harus berhadapan dengan kenyataan-kenyataan bahkan penolakan dan caci maki.
Perjuangannya sebagai perempuan terkadang tak mendapat nilai plus, ketika berhadapan dengan berbagai komentar negativ apalagi ketika perempuan menjadi pekerja seks. Bahkan, meski begitu sulit menghadapi situasi yang terkadang memaksanya untuk tetap kuat, namun masih harus berhadapan dengan stigma dan diskriminasi dari lingkungan sekitar.
Mengenalnya sejak beberapa tahun terakhir ketika menjadi bagian dari komunitas yang didampingi. tidak merasa canggung, begitu asik sebelum akhirnya diskusi kami sampai pada pertanyaan-pertanyaan yang awalnya mungkin sulit untuk dijawab. Namun pada akhirnya dia seolah begitu nyaman menceritakan tentang kisahnya.
Gadis kelahiran jayapura 2000 ini bercita-cita ingin menjadi guru namun karena keadaan yang begitu sulit, terpaksa harus berhenti sekolah saat duduk di bangku SMA. anak sulung dari 4 orang bersaudara, tinggal bersama ibu yang hanya seorang buru cuci pakaian, dan memberi makan hewan peliharaan tetangga untuk mendapatkan upah.
Hidup serba kekurangan, dengan kondisi ekonomi yang begitu sulit seolah memaksanya berada di jalur yang tidak di harapkan. Menjadi pekerja seks sejak usia 15 tahun, untuk memenuhi kebutuhan dan membantu perekonomian keluarga adalah sesuatu yang tidak pernah terbayangkan hingga saat ini. Saat teman-teman seuisianya belajar dan bergaul dengan lingkungan sekolah, dia tidak merasakan keadaan demikian.
"Saya kerja begini dari umur 15 tahun, sebenarnya hanya ingin coba, tetapi saya pikir dengan begini bisa membantu juga, bisa beli baju dan hp trus bantu mama deng ade-ade juga".
Keinginannya kembali bersekolah masih ada, untuk mewujudkan cita-citanya sejak kecil, namun kesulitan untuk biaya sekolah membuatnya mengubur dalam-dalam harapannya apalagi saat ini, ada 3 orang adik yang membutuhkan biaya pendidikan sehingga mereka alasan untuk dia tetap bekerja meski begitu sulit.
"saya sedih kalau lihat teman-teman ke sekolah, ato kuliah trus dengan keluarga yang berada, kadang saya menangis, kenapa saya hidup begini, dan malu juga".
Tidak cukup sampai disitu, saat ini gadis kecil ini sedang mengandung 4 bulan, tanpa suami dan harus berjuang sendiri. Berusaha menyembunyikan dari keluarga, karena takut jika ketahuan, disisi lain tidak ingin menambah beban ibunya. Apalagi saat ini dia tidak bisa bekerja karena kehamilannya.
"Saya harap anak saya bisa lahir, dan tidak menjadi seperti mamanya, dia harus jadi anak pintar dan berguna. dan semoga dia tidak menyesal punya ibu kayak saya".
Meski berhadapan dengan situasi yang sulit, tidak sedikitpun keinginannya untuk menggugurkan kandungannya, dan dia percaya bahwa satu saat nanti akan ada laki-laki yang mau menerima keadaannya.
Menjadi pekerja seks di usia yang masih snagat muda, bukanlah impiannya, namun situasi seolah membawanya ke tahap yang begitu sulit. Berjuang untuk keluarga dan diri sendiri adalah alasan terbesarnya. Meski kadang harus berhadapan dengan kenyataan-kenyataan bahkan penolakan dan caci maki.
Perjuangannya sebagai perempuan terkadang tak mendapat nilai plus, ketika berhadapan dengan berbagai komentar negativ apalagi ketika perempuan menjadi pekerja seks. Bahkan, meski begitu sulit menghadapi situasi yang terkadang memaksanya untuk tetap kuat, namun masih harus berhadapan dengan stigma dan diskriminasi dari lingkungan sekitar.
Langganan:
Postingan (Atom)