Melihat secara langsung proses pembuatan sagu di Kampung Yepase, distrik Depapre Kabupaten Jayapura.
Melalui kerjasama dan tangan-tangan terampil dari awal proses hingga akhir, melihat gotong royong beberapa masyarakat, untuk hasil yang sempurna yaitu sagu yang baik untuk kemudian sebagai konsumsi atau di pasarkan.
Sagu merupakan makanan pokok bagi sebagian penduduk asli Papua yang berdomisili di pantai atau dataran rendah, beras sebagai sumber karbohidrat substitusi. Sedangkan saudara kita yang berada di pegunungan tengah ubi merupakan makanan pokok.
Seperti yang di kutip pada salah satu laman Litbang Pertanian bahwa dalam proses pembuatan tepung sagu, umumnya petani melakukan dengan cara yang sama.
Batang sagu yang akan diolah menjadi tepung dihancurkan dulu dengan cara pangkur menggunakan mesin seperti mesin parut kelapa. Hasil pangkur ini berupa serbuk-serbuk kayu halus.
Serbuk kayu tersebut diletakkan di pelepah sagu kemudian diberi air sambil serbuk sagu diremas-remas menggunakan tangan.
Proses ini membutuhkan banyak air, sehingga dilakukan di dekat mata air agar mempermudah proses.
Saat ini, sagu tidak hanya di olah menjadi papeda dan sagu bakar saja, namun berbagai macam jenis olahan baik kue, escream dan berbagai jenis makanan lainnya yang berbahan dasar sagu, sehingga menjadi sangat menarik.
Begitu juga papeda yang tidak hanya diminati masyarakat asli Papua, namun juga menjadi makanan favorit bagi masyarakat luar.
Proses pembuatan sagu memang tidaklah mudah, membutuhkan waktu dan tenaga serta kerjasama untuk menghasilkan sagu yang baik untuk di jual atau untuk di konsumsi.
Papua dengan kekayaannya, sudah seharusnya menjaga dan melestarikan hutan dan pohon sagu, agar dapat dinikmati oleh anak cucu kelak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar