Pentingnya program pencegahan Kekerasan Berbasis Gender bukan untuk
membentuk perempuan memiliki posisi yang lebih tinggi dari laki-laki
namun bagaimana agar menjadi setara dan tidak ada lagi kekerasan, karena
disadari betul bahwa siapapun memiliki potensi untuk menjadi pelaku
kekerasan baik laki-laki maupun perempuan.
Bagaimana memberi ruang refleksi kepada setiap kelompok masyarakat untuk melihat situasi Kekerasan Berbasis Gender yang begitu nampak namun sulit mendapat perhatian khusus.
Fokus penanganan kekerasan berbasis gender pada masa sekarang, bukan
lagi hanya pada perempuan sebagai korban, tetapi beralih pada hubungan
kekuasaan antara gender laki-laki dan gender perempuan, yaitu hubungan
yang tercipta dan dilanggengkan oleh stereotip atau pencitraan.
USAID-BERSAMA pada tahun 2017 telah menjadi bagian dari program penurunan kekerasan berbasis gender di Kabupaten Jayapura dan Kabupaten Jayawijaya, dan pada tanggal 9-12 oktober bertempat di hotel front one Jayapura, melakukan pelatihan penyegaran Pencegahan Kekerasan Berbasis Gender,bagi seluruh LSM yang akan menjalankan program di tahap kedua yang rencananya akan di mulai pada bulan November mendatang.
Menghadirkan Mba Wulan, sebagai fasilitator dari Jakarta yang juga sebagai pakar isu KBG dan Ibu Lisa dari tim USAID-BERSAMA sebagai salah satu Penanggung Jawab program dan kegiatan yang berlangsung.
Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk merefresh kembali tentang informasi serta isu-isu Kekerasan Berbasis Gender (KBG) yang masih dan terus nampak di kalangan masyarakat khsuusnya daerah kerja program.
Program ini bertujuan untuk membangun pemahaman perempuan tentang bagaimana menjadi perempuan yang berdaya tanpa kekerasan serta bagaimana melibatkan laki-laki dan semua pihak dalam isu ini, karena sampai saat ini masih banyak kasus-kasus kekerasan yang tidak mendapat perhatian.
Berikut ini adalah daftara LSM yang akan terlibat dalam program USAID-BERSMA di tahun kedua program yaitu :
1. LEKAT
2. LBH APIK,
3. YHI Papua,
4. LP3AP
5. YTHP
6. YAYASAN HUMI INANE
Pada tahun pertama, dengan berbagai kegiatan yang dilakukan salah satunya dengan melakukan diskusi bersama pada 4 kelompok yaitu ayah, ibu, remaja putri dan putri serta dilakukan kegiatan 16HAKTP pada bulan desember.
Begitu banyak pencapaian serta perubahan yang dicapai, meski belum maksimal dan bahkan masih membutuhkan strategi khusus untuk melihat perubahan yang diharapkan, apalagi setiap daerah emmiliki tingkat kesulitan serta latar belakang masyarakat yang berbeda-beda.
Sehinga dalam kegiatan ini setiap mitra diajak untuk memahami kembali isu-isu Kekerasan Berbasis Gender serta penanganannya, kemudian diminta untuk merefleksikan apa saja pencapaian atau cerita sukses di tahun pertama program serta apa saja strategi yang akan di lakukan di tahun kedua program untuk mencapai hasil yang di harapkan, seperti kegiatan-kegiatan dan mampu mewujudkan satu perubahan yang besar di setiap daerah yang menjadi target program.
Kelompok peduli KBG juga menjadi sangat penting, sehingga pada diskusi bersama, muncul ide-ide dari LSM yaitu dengan membentuk kelompok peduli serta champion-champion yang akan dilibatkan dalam program, yang bertujuan untuk menjadi perpanjangan informasi dan sebagai penggerak perubahan serta menjadi fasilitator pada kegiatan-kegiatan diskusi.
Jurnalis Warga juga menjadi ide yang muncul, yaitu bagaimana melibatkan champion-champion dalam mendokumentasikan dan menulis berita tentang kejadian-kejadian yang ada di kampung.
Disadari betul bahwa LSM tidak adapat berjalan sendiri, sehingga sejak berjalannya program LSM telah menggandeng pemerintah dalam menjalankan program yaitu Dinas Pemberdayaan dan Perlindungan Anak serta Stakeholder yang ada di daerah masing-masing.
Diharapkan dengan adanya program ini, mampu memberi perubahan ke arah yang lebih baik, sehingga tidak ada laki ketidakadilan dan ketidaksetaraan baik pada laki-laki maupun perempuan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar